Mataram, sinarntb.com - Bukan air terjun biasa. UNESCO bahkan mengakuinya sebagai salah satu yang paling unik di dunia. Kenapa?
Karena air yang mengalir di air terjun ini adalah air hujan yang turun lebih dari 200 tahun yang lalu.
Jika air terjun pada umumnya terbentuk dari aliran sungai yang jatuh melalui tebing batu dan membentuk cekungan pada area jatuhannya, maka air terjun Benang Kelambu justru terbentuk dari adanya patahan lapisan tanah di dalam bumi yang oleh para geologist disebut Aquifer Layer Fault. Patahan tersebut mampu menampung air hujan dalam jumlah besar dan dalam kurun waktu yang sangat lama bahkan hingga ratusan tahun.
Menurut para peneliti, air hujan yang turun dan masuk ke dalam patahan tersebut akan mengalami proses pemurnian selama minimal 200 tahun sebelum akhirnya keluar menjadi mata air. Jadi, air yang mengalir di Benang Kelambu hari ini adalah air hujan yang turun sekitar 200 tahun yang lalu.
Buat kalian yang pernah mandi di air terjun Benang Kelambu, selamat! Karena kalian pernah merasakan kesegaran air hujan yang turun bahkan jauh sebelum kakek nenek kalian lahir.
Fenomena inilah yang menjadikan Benang Kelambu di Desa Aik Berik, Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah sebagai air terjun yang paling unik di dunia.
Dikutip dari Kompas, menurut Prof Ibrahim Komo (Vice President of Unesco Global Geopark), dari 10 air terjun terunik yang dirilis oleh UNESCO, Benang Kelambu adalah yang paling unik.
Terletak di dalam Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani yang merupakan salah satu dari UNESCO Global Geoparks, Benang Kelambu termasuk salah satu dari sedikit air terjun yang memiliki akses relatif paling mudah di Pulau Lombok.
Berjarak hanya sekitar 30 menit dari pusat Kota Mataram, sekitar 40 menit dari Bandara Internasional Lombok, dan sekitar 10 menit berkendara dari parkiran utama Benang Stokel dengan menggunakan jasa ojek lokal, keindahan air terjun benang Kelambu sudah bisa langsung dinikmati.
Bayangkan sensasi mandi dengan air hujan yang turun 200 tahun lalu!
Penulis : Sarjan
Editor : Indra Darmawansyah
